HAI!HAI!Balik lagi nih! nih! ada yang baru ! iyap cerpen yaaa =D
Udah lama ya gak baca yang baru lagi ? haha sekarang udah ada lagi kan?
Hm.. Kalau cerpennya kurang bagus ya harap dimaklumi saja ya?
Maklum baru pertama kali posting cerpen =D :$
Udah lama ya gak baca yang baru lagi ? haha sekarang udah ada lagi kan?
Hm.. Kalau cerpennya kurang bagus ya harap dimaklumi saja ya?
Maklum baru pertama kali posting cerpen =D :$
CINTA
MONYET
Umur 14 tahun merupakan
peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja. Pada saat itulah semua anak
mengalami perubahan secara fisik maupun psikis, gak ada lagi keseriusan dalam belajar, yang ada hanyalah keinginan
merasakan kebebasan dan mencari tahu apa itu cinta. Pada saat ini pula
rata-rata remaja bakalan merasakan kasmaran, termasuk aku.
Namaku Zahra Tania
Putri bisa dipanggil Zahra. Aku sekarang duduk dibangku kelas 3 SMP (Sekolah
Menengah Pertama), bukannya belajar serius untuk menghadapi Ujian Nasional (UN)
aku malah sibuk memikirkan seseorang. Yups!
Tentu saja yang aku pikirkan itu seorang cowok yang mananya Raditya Alveno,
biasa dipanggil Radit. Dia adalah cowok yang sejak kelas 2 SMP aku sukai. Gak tahu kenapa bukannya perasaan itu
makin berkurang tapi malah bertambah.
Satu-satunya orang yang
mengetahui aku mempunyai rasa sama Radit cuma Raya. Rayalah yang suka mendengar
celotehanku tentang Radit. Raya adalah sahabatku sejak kelas 2 SMP. Menurutku Raya
adalah cewek yang aneh, karena menurut pengakuannya gak ada cowok yang dia suka. Setiap kali aku bertanya tentang itu
Raya selalu bilang dengan santai “gak
ada”. Raya memang cewek pendiam, beda banget sama aku yang gak bisa diam karena nyari perhatian dari Radit.
Aku dan Radit satu
kelas, itulah yang membuatku cukup salting dikelas. Sampai sekarang aku hanya
bisa memendam perasaanku saja, sampai suatu hari Raya ngomong sama aku.
“Ra, kalau kamu suka sama Radit, kenapa kamu gak coba deketin?”
“hah???!!! Ray gak
mungkin cewek yang deketin cowok” balasku dengan raut wajah yang tidak menentu.
“ya ampun Zahra, deketin seperti teman aja kali..
misalnya sms-an sama Radit atau ngobrol sama dia”
Kata-kata Raya memang
ada benarnya juga sih, selama 2 tahun aku sukan sama Radit, aku paling jarang
ngomong sama dia. “oke, akan aku coba Ray”. Semenjak itu aku mulai mencoba
untuk dekat dengan Radit, mulai dari sms-an sampai sering ngobrol sama dia. Radit
itu perfect banget dimata aku, dia
putih, tinggi, ganteng, pintar, dan rajin pula. Selama proses pendekatan pun
aku ngerasa akrab banget sama dia. Sampai-sampai dikelas banyak yang bilang
kalau Radi suka sama aku. Iya aku dan Radit memang deket banget, kami sering ke
Kantin bareng, pulang bareng dan itu termasuk hal yang sangat menyenangkan bagi
aku. Tapi tetap saja merasa kurang nyaman karena kedekatan kami tanpa status,
Karena semakin resah, akhirnaya
suatu hari aku bertanya kepada Rico. Rico adalah sahabatnya Radit.
“Ric, ada yang mau aku tanyain sama kamu?”
“apaan Ra?”
“kamu tahu gak siapa yang Radit sukai?”
“kalau itu sih
aku juga kurang tahu Ra, tapi yang jelas 3 hari lagi Radit bakalan menembak
cewek yang dia suka”
Mendengar hal itu jantungku terasa berdetak sangat
cepat.
“oh iya deh,
makasih infonya ya”
“iya sanasama Ra”
Setelah itu aku langsung menceritakan semuanya
kepada Raya dan Raya pun menebak yang akan ditembak oleh Radit itu adalah aku.
***
Akhirnya hari yang
ditunggu tiba. Hari ini adalah hari dimana Radit bakalan nembak seorang cewek
yang dia suka. Akupun sudah dandan cantik dan rapi banget pergi sekolah pun aku semangat banget. Setibanya disekolah Raya hanya tersenyum melihat aku
gembira.
Waktu istirahatpun tiba
dan Rico berdiri didepan kelas dan berteriak “EH! Temen-temen, Radit bakalan
nembak cewek nih”. Aduh, pas itu aku pun berbisik pada Raya. “Ray, kalau cewek
yang ditembak Radit gak nerima Radit bakal aku marahin, masa dia gak mau nerima radit yang perfect banget”
“ah.. bilang aja mau ditembak Radit itu kamu Zahra”
Gak
terasa Radit sudah berdiri di depan meja aku dan Raya. Saat itu Radit langsung
ngomong.
“Raaaaaa.......”
Aduh,pas
Radit ngomong gitu aku sudah seneng banget nama aku Zahra dan biasa temen-temen
ngomong sama aku cuma RA saja dan
ternyata yang ditembak Radit itu.........
“Raaaa...... yaaaa kamu mau gak jadi pacar aku?
Aku langsung kaget
mendengar itu badanku terasa lemes banget
aku hanya bisa tersenyum sambil bisikin ke Raya
“terima Radit ya Ray, aku ikhlas asalkan Radit
bahagia”
Waktu itu Raya dan
Radit resmi pacaran. Pada saat itu akupun keluar kelas dengan alasan kalau mau
kekantin, padahal aku langsung ke toilet. Keadaan toilet saat itu sepi karena
anak-anak yang lain pada ke kantin. Gak
tahu kenapa aku menangis, ketika kita mencintai seseorang yang malah mencintai
sahabat kita sendiri itu rasanya perih banget.
Lalu aku bergegas keluar dari toilet dan menghapus air mataku .
BRUUK! Ternyata aku
menabrak seseorang yaitu Rico.
“Ra kamu kenapa nangis?”
Aku hanya bisa menangis terus
“Ra, sebenarnya aku sudah tahu kalau kamu suka sama
Radit dan aku tau yang bakal ditembak Radit itu Raya”
Mendengar itu air mata pun semakin deras mengalir,
tiba-tiba Rico langsung mendekapku. Saat itu aku baru menyadari bahwa Rico
perhatian kepadaku.
Dihari-hari berikutnya
aku berusaha bersikap biasa saja pada Raya. Radit begitu perhatian sama Raya,
aku hanya bisa tersrnyum melihat mereka. Tapi sebenarnya hati ini menangis,
menangis sekuatnya dan aku aka tetap berusaha tegar, mungkin aku bisa membohongi
Radit dan Raya tapi tidak dengan Rico. Tapi aku takut kedekatan ini sama
kejadiannya dengan aku dan Radit.
“apakah mungkin Rico dekat dengan aku dan akan
jadian denga cewek lain?” tanya ku dalam hati.
Sudah hampir sebulan
Radit dan Raya berpacaran perasaanku dengan Raditpun sudah mulai berkurang,
tetapi masih ada bekas luka yang belum terobati. Namun ternyata perasaanku
telah berpaling ke Rico. Hari ini tiba-tiba Rico mengajakku ke Taman samping
sekolah saat bel pulang berbunyi. Aku mulai merasa ada yang aneh pada Rico. Tiba-tiba
Rico mengeluarkan setangkai mawar putih dari kantong celananya.
“Ra, mungkin ini adalah saat yang tepat buat
ungkapin perasaanu sama kamu, sebenarnya aku sudah lama suka sama kamu, Ra kamu
mau gak jadi pacar aku?”
Mendengar pernyataan Rico akupun menangis karena aku
punya perasaan yang sama dengannya dan pada saat itu aku menerima cintanya dan
kami resmi jadian.
Aku sangat
berterimakasih kepada Tuhan telah menciptakan sosok Rico yang telah mampu
mengobati luka hati ini. Sekarang aku dan Raya sama-sama bahagia. Dari pengalamanku ini aku belajar: cintailah orang yang mancintaimu karena belum
tentu orang yang kamu cintai mencintaimu pula dan relakanlah orang yang kamu
sayangi untuk bersama orang yang dia sayangi pula, karena sebenarnya Tuhan
telah mempunyai pengganti yang lebih baik untukmu.