Hari ini sangat panas sekali. Cahaya matahari sangat terik sehingga menyilaukan mata. Tetapi tetap saja Can dan kawan-kawannya berkumpul ditempat mereka berkumpul. Oh iya, Can itu laki-laki eh, salah perempuan tapi gayanya seperti cowok
banget oleh karena itu teman-temannya Can banyak anak laki-laki. Yang perempuan? Hmmm... Bisa dihitung pakai jari
deh. Temen kumpul biasa Can namanya Ade, Rio, Rafi, Panges, Eddo, Nizam, Galuh, Tommy, Davi, Guntur, Ari, Galuh, dan Ozza.
"Can.... Besok jalan yuk, kemana gitu...." kata temen Can yang bernama Rafi.
"Besok? Lihat jadwal dulu deh, maklum orang sibuk" kata can sambil tertawa.
Dengan raut muka yang
gak enak Rafi menjawab
"Sok sibuk
deh Can. Serius
nih?"
"Besok
kayaknya gak bisa
deh. Ada latihan Karate" Can menjawab.
"Eh ngeri.... Anak Karate
nih" Ade nimbrung dengan percakapan Can dan Rafi.
"Op! Jelas!" Jawab Can dengan nada bangga.
"Gimana kalau besok Can pulang dari Karate aja? Kita jemput Can
gitu. mau
gak?" Eddo berkata dengan memberi solusi.
"Nah! Pas Tu!" ujar Panges setelah Eddo memberi solusinya.
"Boleh
tu. Jam berapa lo besok pulang Can?" Tanya Rafi.
"Hm.. Sekitar jam 4
gitu deh" Jawab Can.
"Mau jemput Can pakai apa Motor atau Mobil?" Tanya Perta kepada yang lain.
"Motor saja, mudah
nyelip" Jawab Galuh yang malas mengeluarkan Mobil kesayangannya.
"Lo sayang sama mobil lo bilang aja?" Jawab Rio ketus.
"Bukannya gitu" Ujar Galuh dengan wajah bersalah. "Iya deh pakai Mobil gue, tapi gue gak mau bawa ya" Tambah Galuh dengan wajah yang tidak
enak.
"Okeee,
ntar bensinnya biar kami aja yang ngisi" Jawab Rio.
"Kalau pakai Mobil mau berapa kita gunakan? Satu saja?" Tanya Guntur kepada Perta.
"Satu aja cukup kali ya? yang selebihnya pakai Motor lah" Jawab Perta.
Guntur hanya menganggukkan kepala saja. Tetapi tidak dengan yang lainnya. Yang selalu membuat Can bingung mau menjawab pertanyaan yang mana.
"Kamera gimana? Can lo bisa bawa kan?" Tanya Ade yang dari tadi menanya kan hal itu kepada Can.
"Kalian ambil aja dirumah gue, kunci rumah gue taruh dirumah kakak gue" ujar Can.
"Ah,
gak lah ntar kami dibilang apa lagi sama kakak lo" Saut Tommy yang selalu nimbrung disaat ada yang mengobrol.
"Kalau besok pagi kalian kerumah gue ambil kameranya gimana? Tapi jangan kalian pakai dulu sampai jam 4 gimana? Mau
gak?" Usul Can kepada Ade dan Rio.
"Udah, gini aja, Besok kita jemput Can, lo Can bawa kameranya sekali kesekolah. Udah selesaikan masalahnya?" Usul Ozza untuk menyelesaikan masalah kamera.
"Oke gue bawa besok kamera kesekolah. Eh, baju gue gimana? Kan
gak mungkin kalau gue pergi jalan-jalan pakai baju sekolah" Ujar Can menambah berfikir Tommy dan kawan-kawan.
"Baju tu gampang, tinggal lo kasih ke Panges aja besok pagi Can, kan lo pergi sekolah sama Panges" Saran Davi kepada Can.
Panges adalah Abang Can, Can memang anak ke dua dari dua bersaudara, tetapi bukan Panges abang kandung Can, Panges adalah abang-abangan Can. Karena dari semua temen-temen Can hanya Panges yang perhatiannya dilebihkan untuk Can. Panges juga tidak punya adik makanya Panges lebih sayang terhadap Can dibandingkan pacarnya. Abang Can yaitu Dodoi, Dodoi sendiri tinggal bersama orang tua. Orang tua Can dan Dodoi itu sama. Satu Ibu dan satu Ayah. Dodoi bukanlah nama asli abangnya Can Dodoi adalah panggilan sayang Can terhadap abangnya, nama asli abangnya yaitu Ridho.
"Gimana? Setuju
gak kalau besok kita jemput Can sepulang Can karate?" Tanya Rafi kepada semua yang ada disitu.
"SETUJU DONG!!!!!" Dengan semangat 45 teman-teman Can menjawab usul Rafi.
Diantara mereka Can adalah cewek satu-satunya, yang paling muda diantara yang lain, dan yang masih bersekolah di bangku SMP. Setelah percakapan dan perdebatan itupun mereka pulang kerumah masing-masing karena matahari sudah mulai terbenam.
**********
Haripun sudah pagi. Can sangat bersemangat bersekolah hari ini. Jelas saja karena hari ini Can pulang sekolah akan jalan-jalan bersama teman-temannya. Sesampainya disekolah ternyata ada anak baru tetapi masih adik kelas Can gaya anak baru itu GAK BANGEEEEEEET. Pingin saja rasanya Can sekak mereka tetapi selama mereka tidak mengganggu Can, jelas Can tidak akan bertindak. Lain halnya jika mereka melakukan sedikit kesalahan terhadap Can masalahnya akan berakibat FATAL. Anak baru itu bernama Yaya, Cici dan Zira. Ketiga anak baru ini ditempatkan dikelas yang sama.
Tidak lama kemudian ternyata mereka mencari masalah terhadap Can.Yaya menyenggol Can hingga terjatuh. Bukannya membantu Can, Yaya malah ngelihat Can dengan tatapan sinis.
"Eh, lo jalan hati-hati dong pake tu mata!" Ucap Yaya yang mencari keributan dengan Can
"Masih adik kelas kan? Anak baru juga? Mau gue bikin lo dikeluarkan dari sekolah ini? Atau pengen diskors? Jangan nyolot bisa kali ya? Udah tahu lo yang salah!" Kata Can penuh emosi.
Teman Can yang bernama Siska pun melerai Can dan Yaya, karena Siska tahu bahwa Can akan menumbuk anak baru yang belaga itu.
**********
Sepulang sekolah ditambah lagi ada jam Karate Can menunggu anak baru tersebut di gerbang sekolah. Can juga tidak melihat teman-temannya sudah menjemput dia. Anak baru tersebut pun muncul dihadapan Can. Can langsung menarik anak tersebut.
"Eh, lo anak baru yang belagu. Lain kali jangan SOK bisa? Lihat dulu kalau mau ngomong! Gue ini kakak kelas lo!" Kata Can dengan emosi yang meluap-luap.
"Jadi gue harus ngapain nih?" Ucap Yaya yang semakin nyolot.
"Hello adik manis! Jangan nyolot bisa kali ya!" Siska yang tadinya tidak mau ikut campur masalah Can jadi ikutan.
"Duuuh, kakak kelas, kok mainnya bawa kawan sih?" Yaya semakin menyolot.
"Eh! Lo tu ya! Maunya apasih?!"Can yang semakin emosi melihat kelakuan adik kelasnya yang seperti itu.
"Kakak-kakakku yang manis? Jadi karena kalian kakak kelas kalian bangga gitu?" Yaya makin nyolot dari yang sebelumnya.
Temen-temennya Can melihat ada keramaian digerbang sekolah Can.
"Eh! Ada apa tu?" Tanya Rafi kepada yang ada didalam mobil.
"Fi, semalam Can bilang dia pulang jam berapa?" Tanya Eddo dengan Rafi.
"Jam 4 gitu do" jawab Rafi.
"Sekarang jam berapa? Jam 4 lewat kan? Coba telefon Can dia ada dimana?" Eddo bertanya dengan yang ada di dalam mobil.
Saat menelfon Can Hpnya tidak diangkat, dengan penasaran Panges, Perta, Rafi, dan Galuh turun dari mobil, yang dimana Panges dan Perta menggunakan motor.
"Ada apa ni ya?" Tanya Panges kepada Havys yang dimana Havys ini kawan sekolahnya Can.
"Katanya ada yang kelahi bang" Jawab Havys yang sebenarnya tahu kalau Can dan Yaya yang berkelahi dan berdebat.
"Eh! Asli ya ni anak! nyolot kali sih!" Sambil melipat lengan bajunya dengan gaya mau menumbukkan tangan kemuka Yaya.
DBUUUUK! Tangan Can menghampiri muka Yaya.
"Caaaaaaan!!!" Panges, Perta, Rafi, dan Galuh secara serempak memanggil Can.
"Iya?" Can langsung menoleh kearah teman-temannya.
"Sudah! Bubar-bubar! Ada yang kelahi kok malah ditonton! Dipisahin!" Ucap Galuh yang sempat-sempatnya menceramahi yang ada di gerbang sekolah.
"Gimana mau dipisahin bang? Kalau Kak Can yang kelahi kami semua hanya diam saja. Kalau tidak nanti kami yang kena" Jawab salah satu teman Can disekolah yang masih kelas 7 bernama Asif.
"Oo, memangnya Can sering kelahi disekolah?" Tanya Galuh kepada teman-teman Can disekolah.
"Kak Can tidak mau kelahi sama orang yang tidak bersalah. Tapi kalau sama Yaya tadi, Yaya yang bikin masalah duluan dengan Kak Can." Jelas Asif terhadap Galuh.
"Oooh, oke makasih yaa atas infonya" Galuh berterima kasih kepada Asif yang telah memberitahukan kelakuan Can selama disekolahan.
Teman-teman Can membubarkan perkelahian antara Can dan Yaya karena kalau tidak segera dipisahkan akan berakibat FATAL, yang sebenarnya diketahui oleh semua yang ada digerbang sekolah tersebut. Dan Can langsung dimasukkan kedalam mobil agar permasalahan tidak berkepanjangan.
*******************************************